Saturday, September 6, 2014

KEKALUTAN MENTAL

Makalah
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar









Oleh
Rangga Malela
17113273
1 KA 33




PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
BEKASI
2014

[1]KEKALUTAN MENTAL

Pengertian kekalutan mental

      Gangguan Mental di sebut juga  Kekalutan mental, Kekacauan Mental, penyakint mental, atau Gangguan Mental.

      Menurut Kartini Kartono (1989), yang di sebut dengan gnagguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental, yang disebabkan oleh kegagalan mereakshinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiawaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan seghingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau system kejiwaan/mental.

      Jp Chaplin (1981) berpendapat bahwa gangguan mental adalah sebarang ketidakmampuan menyesuakian diri yang mengakibatkanorang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan, penyebab awal penyakit/kekacauan tersebut dapat besifat psikogenik atau organis dan mencakup baik reaksi-reaksi psikotis maupun reaksi-reaksi neurotis yang leih serius ( Karitni Kartono, 1989 ).

      Gangguan Mental dapat dikatakan sebagai bentuk gangguan pada ketenangan  dan harmonis dari struktur kepribadian ( Kartini Kartono, 1999).

      MenurutKaplan yang mengutip DSM-IV ( Diagnostic and Statistical Manual of Disorders edisi IV gangguan mental adalah “Masing-masing gangguan mental dimengerti sebagai suatu sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna yang terjadi pada seorang individu ydan disertai dengan adanya individu.






KEKALUTAN MENTAL

Pengertian kekalutan mental

      Pengertian kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
      Saat mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila.
      Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.

Gejala-gejala seseorang mengalami kekalutan mental

Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut ;

ü  nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
ü  nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
ü  Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
ü  Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi sosial
ü  Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
ü  Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.


[3]Proses – proses yang diambil oleh sesorang dalam menghadapii kekalutan mental, sehingga mendorongnya kearah :

Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu 4JJ1 SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan.

Contohnya :
ü  Agresi, yaitu : Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali dan cenderung melakukan tindakan sadis yang dapat mambahayakan orang lain.
ü  Regresi, yaitu : Pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan. (menjerit, menangis dll)
ü  Fiksasi, yaitu : Pembatasan pada satu pola yang sama (membisu, memukul dada sendiri dll)
ü  Proyeksi, yaitu : Melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
ü  Indentifikasi, yaitu : Menyamakan diri dengan sesorang yang sukses dalam imajinasi, (kecantikan, dengan bintang film .dll)
ü  Narsisme, self love yaitu : Merasa dirinya lebih dari orang lain.
ü  Autisme yaitu : Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri

Tahap-tahap ganguan kejiwaan

ü  Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-
manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja
yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau
kimiawi.

ü  Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan
penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu
memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas.

ü  [4]Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-IV
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau
DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th
edition with text revision). 

Terdapat pula beberapa istilah yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :

ü  Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
ü  Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa \ kehidupan yang menyebabkan  kecemasan (ansietas),dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif
ü  Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan  struktural atau kondisi biologis yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
ü  Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatupenyebab spesifik yang membuahkan perubahanstruktural di otak, biasanya terkait dengan  kinerjakognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak      digunakan dalam DSM-IV-TRkarena ia merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung komponen biologis atau fungsional
ü  Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatugangguan sistemik, medis atau serebral, misalnyadelirium yang disebabkan oleh penyakit infeksi otak.

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:

ü Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya

ü Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan

ü Krisis ekonomi yang berkepanja gan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.

[5]Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental

Kekalutan mental yang dapat di alami oleh seseorang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada disekitarnya, dalam hal ini termasuk faktor-faktor internal atau dari dalam orang itu sendiri maupun faktor eksternal atau hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya, keduanya mengacu kepada konflik dan cara seseorang tersebut menyelesaikan konflik atau masalahnya.

    * Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang melankolis.

    * Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.

    Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi umat Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakuka kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!).
    Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.


No comments:

Post a Comment